Senin, 09 Juli 2012

NGOCEH SOAL CEWEK

Petualangan cinta gue terbilang lumayan. Lumayan gagal dan lumayan seru. Banyak yang bilang gue playboy, banyak juga yang bilang gue setia. Pada kenyataannya, gw memang keduanya. Gue sengaja mem-playboy-kan diri semata untuk mempelajari karakter dari banyak cewek supaya gak salah pilih saat nikah nanti. Nikah harus satu kali saja bagi gue. Saat gue setia, artinya cewek itu sangat menarik untuk gue pelajari lebih dalam. Biasanya dia punya sesuatu yang misterius atau sulit dipahami. Nah, gue pengen sedikit berkicau soal karakter beberapa cewek yang berhasil gue pelajari. Cewek itu macem-macem dan aneh-aneh. Kebanyakan dari mereka itu merepotkan. Hampir semua cewek selalu berkata ‘cewek itu kuat’ tapi kenyataannya mereka tukang keluh, hobinya ngeluh melulu padahal soal kecil. Hampir semua cewek mengagung-agungkan hari kartini dan mendoktrin diri mereka dengan kata EMANSIPASI WANITA. Kalian tau kan apa arti kata itu? Gue jelasin deh kalo gatau. Itu artinya, wanita harus memainkan perannya dengan maksimal, gak melulu di dapur atau nyuci piring. Tapi bukan berarti mereka meninggalkan kewajiban itu. Kenyataanya? Mereka selalu bertindak seenak jidatnya. Pengennya disama-samain sama cowok. Ya bedalah! Hey, cewek, kalo baca ini tolong inget kalimat gue nih ya! Siti maryam yang dari lahir sampe wafat tetap dalam keadaan perawan, perempuan paling suci di duniaTIDAK DIANGKAT MENJADI NABI. Jelas kan? Itu membuktikan kalo perempuan memang wajib berada di bawah laki-laki dengan menghormatinya dan tetap pada kewajiban perempuan yang ada dan patuh pada suami. Pada kenyataannya cewek-cewek ini selalu berontak saat diatur sedikit oleh cowok. Dan gue berani bilang mereka itu SAMPAH..! Kebanyakan cewek yang gue temuin itu selalu bilang, ‘gue baik-baik aja ko’ saat mereka ada masalah. Mereka ini cewek-cewek yang menganut kalimat kamuflase ‘cewek itu kuat, maka mereka akan bilang aku baik baik saja saat mereka terjatuh. Hahahaa.. ini paling najis sebenernya! Apa mereka segengsi itu untuk mengakui kesedihan yang manusiawi? Terlebih sama cowok mereka sendiri. Padahal pada kenyataannya, mereka menunjukan tanda-tanda jelas akan keterpurukan mereka. Atau bahkan mereka sengaja bertingkah seperti orang yang depresi. Contohnya banyaaaak! Bisa dengan update status-status galau atau tampil dengan muka kusut tanpa semangat. Para cewek selalu berkata ‘aku akan menjalin hubungan yang serius dengan kamu, karena aku tidak main-main kalo pacaran’. Keren kan kalimatnya? Kalimatnya doank..! pada kenyataannya mereka sendiri yang main-main. Mereka mendoktrin otak mereka bahwa kalo cowok mereka berhubungan dengan cewek lain itu namanya selingkuh tanpa melihat hubungan si cowok dengan cewek itu yang mungkin bisa siapa saja. Mereka juga gak mencari tau tujuan si cowok berhubungan sama cewek lain itu. Biasanya ini cewek pencemburu. Ini paling merepotkan karena berpotensi mengurangi jumlah teman para cowok. Hati-hati ya kalian para cowok! Semua cewek pasti, selalu, wajib, menekankan RASA PERCAYA pada cowoknya. Ini yang paling tolol menurut gue. Karena pada kenyataannya cewek-cewek ini selalu berusaha mencari tau apa yang dilakukan cowoknya setiap hari. Mereka kirim sms sering banget untuk sekedar tanya ‘kamu lagi apa? Makan belum?’. Sumpah ini sms paling gak penting menurut gue! Tujuan sms ini cuman satu, yaitu memastikan bahwa si cowok tidak macam-macam disana. Padahal katanya percaya?? Lagian para cewek seperti ini pasti penasaran terus sama hal-hal pribadi yang menyangkut cowoknya. Bikin risih yang begini nih! Cewek matre, sebenarnya ini gak perlu dijelasin ya? Para cowok tahu betul artinya. Tapi jangan salah juga! Ada skalanya loh mereka. Ada yang matre dalam sekala wajar, dalam skala kecil, dan beneran matre. Kalian harus bisa membedakan. Cewek yang matre dalam skala wajar adalah cewek yang nerima se-dikasih-nya aja. Misalnya diajak nonton atau makan sama si cowok, padahal cowok gak bilang mau nraktir. Tapi kemudian saat bayar, si cowok yang ngeluarin duit dan cewek itu diem aja pura-pura gatau kayak orang bego. Skala wajar adalah mereka berani minta, tapi untuk hal-hal kecil. Misalnya minta dibeliin es krim, bunga, coklat, atau semacamnya. Kadang para cowok kurang menyadari cewek matre dalam dua skala ini. Hati-hati loh, seperti peribahasa, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Kalo cewek yang dalam skala beneran matre mah gak usah gue jelasin ya pasti tau semua kan kalian? Hahahaa.. Hey para cewek! Serugi apa sih kalian keluar uang padahal untuk kebutuhan kalian sendiri? Bayar masing-masing kan enak. Tujuan dari kencan itu kan kebersamaan yang kalian habiskan bersama cowok yang namanya pacar kalian kan? Biaya pacaran itu gak boleh 100% dari satu pihak, atau 50%-50%, gak boleh! Biaya ditanggung 100% oleh masing-masing. Si cewek nanggung 100% biaya untuk kebutuhannya sendiri dan si cowok juga nanggung 100% kebutuhannya sendiri. Jika kalian cewek dalam kategori ini maka kalian itu bedebah..!! Menarik nih bagian cewek-cewek yang suka dengan kalimat 'aku mencintaimu bukan karena yang kau punya tapi karena kekuranganmu'. Najis banget gue dengernya! Pengen banget gue gorok leher cewek yang ngomong begitu. Logika sederhana, kita menyukai sesuatu karena hal-hal menarik yang dimiliki sesuatu itu kan? Hal yang membuat kita ingin memiliki. Misalkan kalian beli sepatu, apa kalian bakal pilih sepatu yang gak ada alasnya? Terus bilang gue pilih sepatu ini karena yang dia tidak miliki karena aku akan melengkapinya. Kalo iya, maka kalian gue gilang IDIOT..!! Kalimat ‘aku gak nuntut apa-apa dari kamu, aku cuman pengen ketulusan kamu’. Ngerti kalimat ini? Kalo gak ngerti kalian gak punya otak! Jelas-jelas kalimat itu juga merupakan tuntutan hahahaa.. artinya apa? KETULUSAN. Ketulusan itu bukan hal yang bisa diminta. Itu dari hati. Dan hati bekerja sendirinya. Bukan merupakan hal yang bisa sengaja dilakukan. Orang tulus atau tidak itu bisa dinilai masing-masing. Tidak perlu ada permintaan atau pengakuan dari cowok yang bilang ‘gue tulus sama loe’. Ketulusan bukan komoditi. Tidak bisa sengaja diberikan atau sengaja diminta. Kalian ini jelas cewek-cewek bodoh! Terakhir nih. Cewek yang sudah lama pacaran sama cowoknya. Biasanya terbilang lama kalo sudah lebih dari satu tahun. Nah, si cewek selalu bilang kalo dia udah serius sama nih cowok. Tapi pada saat dia kirim sms dan si cowok gak bales, mereka kecewa berlebihan. Saat dia pengen perhatian dari cowoknya tapi si cowok gak nongol juga, kecewa makin berat. Hhhh.. risih banget gue sama cewek yang begini sumpah! Hey para cewek, kalian kalo butuh perhatian usaha donk! Coba dapatkan perhatian itu..! lakukan sesuatu yang bisa menarik perhatian cowok loe! Tapi yang positif ya! Jangan cuman ngerengek minta diperhatiin. Tolol..! Inget nih kata-kata gue. Hubungan yang serius itu bukan seberapa sering kita berkomunikasi atau sekedar nanyain kabar. Atau sms-an, atau telpon-telponan, atau kencan, atau bla bla bla... tapi, hubungan yang serius adalah hubungan yang mengarah ke satu titik, yaitu pernikahan. Dimana si cewek bergerak sendiri mengejar cita-citanya dengan seluruh kemampuannya dan membebaskan si cowok untuk melakukan hal yang sama. Dimana mereka mengenal dekat keluarga satu sama lain. Dimana mereka saling merencanakan masa depan meraka dengan SPESIFIK. Dimana mereka tidak saling gengsi memperlihatkan isi dompet meraka atau kentuk di depan mereka. Dimana mereka menganggap satu sama lain adalah keluarga yang berarti tidak perlu terlalu sering berkomunikasi pun mereka tidak saling protes. Hubungan yang serius adalah saat keduanya saling menceritakan RENCANA MASA DEPAN mereka dengan spesifik. Maap gue ulang kalimat gue sendiri karena ini penting. Artinya apa? Artinya mereka membicarakan kesibukan masing-masing tanpa diminta. Mereka juga membicarakan rencana mereka, seperti pengen beli rumah dimana, pengan pekerjaan dengan gaji berapa, bagaimana cara membayar cicilan rumah, bagaimana persiapan yang harus disiapkan untuk menikah nanti. Dan seterusnyaaaa.... kebanyakan orang tolol pasti memilih jalan aman yaitu dengan melakukan PERTUNANGAN, hal ini membuktikan rasa kurang percaya satu sama lain. Cewek-cewek yang minta tunangan pasti bakal gue putusin saat itu juga! Eh, satu lagi deh ini penting juga. Cewek tolol yang selalu menerima cowok apa adanya. Begitu juga sebaliknya, mereka minta diterima apa adanya. Ini contoh cewek yang gak punya semangat hidup, dibunuh aja kalo bisa! Nih gue jelasin.. kalimat MENERIMA APA ADANYA, itu cuman berlaku saat kalian baru akan jadian. Artinya kita menerima pasangan kita dengan bagaimana kondisi dia saat itu. Pada kenyataannya life must go on! Berkembang! Semua orang harus berkembang. Saat kita menerima pasangan kita yang bodoh, selanjutnya seiring waktu masa-masa pacaran kita gak boleh nerima pasangan kita yang masih bodoh-bodoh juga. Mereka harus jadi lebih pintar, jadi lebih baik! Yang waktu jadian cengeng, setelah jadian harus jadi tegar. Harus memberi sesuatu yang positif satu sama lain. Kalian pengen menikah dengan pasangan kalian dengan keadaan pasangan kalian masing sama 100% dengan saat kalian jadian?? Enggak kan!! Kalian pengen pasangan kalian semakin matang kedepannya. Saat belum matang-matang juga, satu kata, TINGGALKAN..!! Artinya dia orang tidak berguna. Berkembanglah kawan. Tunjukan pada diri kalian sendiri bukan pasangan kalian bahwa kalian memiliki hati dan pikiran yang berkolaborasi dengan baik. Jadilah orang berkualitas untuk pasangan kalian. Dengan begitu kalian juga akan mendapat pasangan yang berkualitas. Behenti menuntut, berhenti meminta. Usahakanlah untuk selalu memberi dengan tulus tanpa suara dan kata-kata yang rumit. Tapi dengan tindakan real yang benar-benar nyata dan positif. Oke, sekian dulu ocehan gue tengah malem ini. *gue ngetik ini jam 3 pagi. Saat gue ngetik ocehan inipun gue masih dalam keadaan punya pacar loh! Dan note dari hati gue nih: Wanita terbaik bukan wanita tercantik, terramah, terpintar, terkaya, atau ter-sempurna. Tetapi wanita yang mampu menjatuhkan diri gue. Artinya, wanita yang mampu membuat kepintaran gue gak berarti, kebaikan gue gak berarti, kedewasaan gue gak berarti, dan kesuksesan gue gak berarti. Kenapa? Karena dia juga memiliki hal yang sama atau bahkan lebih. Dan itu dapat gue lihat sendiri dengan jelas tanpa dia bilang, tanpa dia bercerita, tanpa suara dari mulutnya, tapi dengan tindakan yang dilakukannya, dengan pencapaian yang dicapai usahanya sendiri dan bukti-bukti nyata yang tak terbantahkan. Dimana saat itu dia berhasil membuat gue berlutut untuk mencium tangannya dan berkata will you marry me? Hahahahaa....

Jumat, 24 Juni 2011

Dicky si Kodok "Berawal dan berakhir di atas KMPH RPM"

Bruuuuuuuummmm........!!!!
Suara knalpot dan kepulan asap pekakan kuping dan pedihkan mata siapapun yang menonton balapan itu. Malam ini sangat ramai. Ada sekitar seratus kepala yang hadir untuk menonton balapan. Terdiri dari empat puluh orang laki-laki, tiga puluh orang perempuan, dua puluh orang banci, sepuluh emas, lima perak, dan lima perunggu. Kayak olimpiade ya? Hehee..
Terlihat Ucok dan Usro sedang serius memperhatikan para pembalap yang hampir mencapai garis finish. Ucok menganga menyaksikan duel yang terjadi di sirkuit sampai tidak sadar kalau mulutnya dikerubutin lalat. Breeeeennnng.......!! finish..!! Semuanya teriak dan berjingkrak senang. Ada juga yang murung karena jagoannya kalah.
“gue bilang juga kan! Hahaa.... jagoan gue itu!”, Ucok menerima sejumlah uang yang diserahkan Usro dengan sangat berat hati. Dicky yang tidur di pojokan warung jamu mulai sadar dari mimpinya dia celingukan mencari kedua teman ajaibnya yang entah dimana. Ucok dan Usro menghampiri Dicky yang masih mengucek-ucek mata untuk memastikan matanya masih ada di tempatnya.
“Siapa yang menang?”, tanya Dicky penasaran. “Gue donk! Hahaa....”, jawab Ucok mantap. “Bukan, maksud gue pembalapnya, siapa?”, tanya Dicky sedikit jengkel. “Oh, Rocky.. Itu loh yang pake yoshimura USA. Edan emank!”, jelas Usro sambil mengelus-elus dompetnya yang tipis berharap keluar jin dan mengabulkan permintaannya untuk membalas Ucok. Dicky mengangguk penuh arti. Merekapun memutuskan untuk pulang tapi mampir dulu untuk ditraktir Ucok makan pangsit di tikungan cisitu.


Pagi yang cerah.
Paling tidak itu menurut Dicky, padahal sudah jam sebelas siang. Nenek-nenek dangdut juga tau itu bukan pagi. Dia menenteng gitar bolongnya dengan mantap. Berjalan menyusuri gang dari kostannya. Menyetop angkot. Duduk manis di dalamnya dengan wangi minyak buljabalbul yang menyengat dari nenek yang duduk di sebelahnya yang mau tak mau harus dia nikmati dengan sabar.
Ckiiiiiitttt.....!! Supir angkot menginjak rem dengan tangkas hingga si angkot berhenti dengan kaget setengah mati. Jangankan para penumpangnya, angkotnya sendiri aja kaget! Emank dasar supir angkot dewa. Dicky turun dari angkot bedebah itu. Menyerahkan dua ribu rupiah dengan sangat tidak ikhlas. Kemudian masuk ke dalam studio.
Nevi, Ucok, Usro, dan stik drum langsung menyambut dengan protes keras. “Telaaaaat..!!”, seru Usro jengkel. “Gue bunuh lo kodok..!”, ancam Nevi dengan sebilah samurai di tangannya. “Ah bangke! Rugi lima belas menit empat puluh dua detik nih kita!”, ucap Ucok ngotot sambil menodongkan jam tangan barunya yang dibeli hasil taruhan balapan sama Usro kemarin. Dicky cengengesan sambil melihat satu persatu teman-temannya itu dengan rasa was-was, takut dimutilasi. Perhatiannya terhenti pada Kika yang cuman duduk di belakang drum. Wajahnya nampak murung dan kurang bersemangat.
Jreeeeeeng.... dug.. dug.. jreeeeeeeng.... “Yeehaaaa....!”, Ucok teriak dengan sangat fals kemudian nyengir kuda melirik Kika. Lagu selesai dimainkan. Jam latihanpun berakhir. “Harusnya kan yang teriak vokalis, ngapa kuda lumping?”, protes Nevi yang dibalas senyum indah Ucok yang hampir saja membuat Nevi muntah. “Kayaknya lo kurang semangat deh Ka, kenapa sih?”, tanya Dicky penuh selidik dari balik drumnya. Usro mengangguk penuh arti pada Kika. Kika membelalakkan matanya ke arah teman-temannya satu persatu dengan tampang terkejut seperti baru tersadar dari lamunan. “Hey, kenapa deh Ka?”, Nevi mengulang pertanyaan Dicky. Kika tersenyum kecil dan berkata, “Gak ada apa-apa ko nev hehee..”. Semuanya saling berpandangan, beberapa detik kemudian memutuskan untuk keluar dari studio itu dan bubar.


Kika mengendarai Honda Jazz nya dengan santai. Menikmati indahnya sore hari di sepanjang jalan Soekarno Hatta. Dia memikirkan sesuatu yang membuat pandangannya nampak kosong. Memang tidak perlu terlalu konsentrasi pada kemudinya sih karena jalanan saat itu lumayan sepi. Tiba-tiba lamunannya dipecahkan seorang laki-laki yang menunggang ZX250r yang menyalip mobilnya dengan sadis. Treeeeeeeeeeettttt......!! Suara knalpotnya ribut sekali sampai radio mobiln Kikapun tidak terdengar. Lelaki di atas motor itu sudah nampak sangat kecil di kejauhan sana. Kika teringat pada seseorang. “Mungkinkah itu Rocky..?”, ucapnya pelan.
Kika sampai di rumahnya. Memarkir mobilnya, dan turun dengan tenang. Melangkah menuju pintu rumahnya yang terbuat dari kayu dengan ukiran seperti akar pohon durian. Pohon durian akarnya kayak apaan sih? Bahkan penulispun belum pernah melihat akar pohon durian.
Kika menjatuhkan diri di atas sofa panjang yang sangat empuk. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Hhhh.... Dia memikirkan seseorang. HPnya berdering. Nampak di layarnya tertulis ‘Boyfriend’. “Hallo?”, terdengar suara berat laki-laki dari speaker HPnya. “Ya? Tumben nelpon sayang? Ada perlu ya?”, nada suara Kika sangat jutek dan tidak bersahabat. “Wah wah.. Jangan marah gitu donk. Aku kan udah minta maaf. Malam ini aku gak bisa ke rumah kamu ya, ada balapan”. “Sampe kapan sih aku bilang kalo aku gak suka kamu balapan?”. “Hahahaa.. Iya iya, ini yang terakhir kok janji ya?”. “Dimana?”. “Jalan kehidupan deket perempatan dunia, yang ada bekas alfamart kebakaran tuh”. Nama jalannya puitis ya? Hehee.... setelah pembicaraan selesai, Kika mematikan HPnya dan bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai 13. Eh bukan, maksudnya lantai 2.
“Akhir-akhir ini hubungan Kika sama cowoknya emank lagi kurang baik dick”, ujar Nevi pada Dicky. Saat itu mereka sedang makan mie rebus di warkop. “Emank kenapa sih Nev?”, tanya Dicky penasaran. “Cowoknya itu suka balapan dan Kika gak suka”, “Oh, gitu doank..”, “Eh? Seriusan Dick! Kikanya sayang banget sama si Rocky ini, jadi takut dia kenapa-kenapa”, jelas Nevi meyakinkan. Dicky hanya mengangguk seperti ayam kate mau disembelih.
Ucok dan Usro muncul dari balik pintu warkop yang hampir roboh itu. “Jadi kan?”, tanya Ucok penuh arti. Nevi mengangguk. Dicky bangkit dari tempat duduknya dan mengelap mulutnya yang banyak noda saus itu dengan tisu. “Pak, duitnya besok ya!”, seru Dicky pada bapak penjaga warkop. “Waduh kebiasaan utang mulu!”, protes si bapak yang dijawab dengan keheningan karena mereka sudah menghilang dari sana dengan berteleport.
Keempat bocah unik ini menuju lokasi balapan dengan harapan jagoan mereka akan menang. Karena kali ini taruhannya adalah siapa yang jagoannya menang akan menjadi raja untuk satu bulan. Yang kalah taruhan harus menuruti semua perintah yang menang. Sadis memang.

Lokasi balapan malam ini sangat ramai. Lebih ramai dari pasar pelelangan ikan laut di daerah Indramayu. Ucok memarkir vespa butunya di sebelah skuter Dicky. Nevi dan Usro berjalan menghampiri kerumunan orang-orang yang duduk di trotoar. “Wah, rame banget nih”, ujan Nevi pada kumpulan orang itu. “Hey Nev, dateng juga lo?”, seru lelaki bertubuh tinggi tegap dengan badan yang atletis. “Iya donk! Gue sengaja dateng sama anak-anak karena denger isu kalo si pembalap legendaris itu dateng kali ini”, “hahahahaa.... Lo terlalu berlebihan menilai kakak gue”, “dimana dia?”, “sebentar lagi juga dateng kok”, “kaki lo sehat?”, “yah, lumayan lah Nev, asal gak pake kursi roda lagi hehee..”. Donald, ini teman Nevi yang kenalan lewat facebook. Kakinya pincang setelah kecelakaan saat balapan beberapa bulan lalu.
Dicky mengamati bengkel kecil yang didepannya berjejer motor-motor balap besar. Dia terpukau melihat Aprillia RS 4 yang asli buatan Itali itu. Bahkan Usro terus memotret dengan Nokia kesayangannya. Seorang lelaki menghampiri Dicky, “Hey, suka?”. Dicky sedikit terkejut dan membalasnya dengan senyuman. “pembalap juga?”, tanya orang itu. Dicky menggelengkan kepalanya sambil tersenyum maksa. Lelaki itu menunggangi Aprillia yang daritadi dipandangi Dicky dan melesat menghilang dengan cepat ke arah jembatan sana meninggalkan Dicky yang masih bengong. “Hey dick! Itu kan Redy..!”, ujar Usro antusias. “Siapa emanknya? Temen lo?”, tanya Dicky polos. “Bego! Semua orang disini pasti tau kalo dia si legend itu!”, “Legend?”, “Iya! Kakaknya Donald yang gebetannya Nevi itu loh!”, terang Usro masih antusias. Tapi Dicky nampak tidak peduli dan kembali melihat-lihat motor balap yang berjejer.
“Ini monza, yang ini mugelo, mau pake yang mana bro?”, nampak Rocky sedang berbincang dengan kawannya sesama pembalap. Mereka berpakaian seperti pembalap makanya disebut pembalap. Kawannya menunjuk salah satu silincer knalpot yang dipegang Rocky. Rocky menyerahkannya. Di dalam bengkel kecil itu terdapat dua buah ZX250r tahun 2008. Milik Rocky yang berwarna merah sedangkan yang putih milik Ferry. “Yoshimura full sistem, selang rem NUI, kaliper brembo, CDI dual band no limit, dan sedikit polesan pada bodinya hmm....”, gumam ferry menanggapi ZX250r milik Rocky. “Hahahhaaa.... tembus 140kmph dalam tiga detik boy”, ujar Rocky bangga.
Seorang lelaki dengan jaket hitam, jins hitam, dan kulit hitam menunggang Yamaha R1 biru yang sungguh kontras dengan penampilan dirinya. David, pembalap legendaris juga. Semua yang melihatnya langsung terpukau dan berusaha melirik dahinya yang konon terdapat bekas luka akibat tabrakan dengan pembalap lain saat kejuaraan resmi 250cc yang melambungkan namanya. Dia turun dari Yamaha R1 nya. Berjalan dengan mantap menuju warung di sebelah bengkel. Duduk di kursi dan meminum kopi yang tergeletak di atas meja. “Hey boy! Beli sendiri donk!”, seru Seorang lelaki jengkel karena minumannya dihabiskan tanpa ampun. “Sorry lay, nanti gue pesenin lagi”, David meminta maaf pada sahabatnya itu. Chun lay, mekanik andalan David sekaligus rival balapnya datang juga malam ini untuk memamerkan motor barunya. “Tuh, liat! Namanya Diana”, ucap Chun lay sambil menunjuk sebuah VFR1200 yang terparkir di samping mereka. David tersenyum.
“Kali ini balapan ZX kelas 250 ya? Sepertinya menarik..”, ujar seorang cewek cantik dengan perawakan tinggi semampai dan rambut terurai indah yang duduk di atas ZX14. “hey Nina! Lama gak ketemu ya?”, sapa seorang cewek lagi dengan pakaian serba pink yang duduk di atas Kawasaki ZXR 750. “Wah wah.. Lo masih aja nyimpen rongsokan tahun 92 begitu hey dasar Ika!”, “Jangan salah Nin, ini tunggangan yang bisa melibas Hayabusa dalam satu tarikan RPM”, jawab Ika meyakinkan.


“Para peserta balap sekalian.. Diharap berkumpul di ruang brifing untuk pengarahan dan siapkan ninja kalian masing-masing”, terdengar suara sexy wanita yang menggunakan speaker yang terpasang di tiap sudut tempat itu. Para pembalap segera memenuhi ruangan brifing.
David, Chunlay, Ferry, Rocky, Nina, Ika, dan empat orang lelaki yang tidak dikenal. “Kalian pembalap baru ya?”, tanya Ika ramah. Keempat pemuda itu mengangguk manis dan tersenyum. “Wah, jadi dua lady racer juga ikut ya?”, sapa seorang pria tua yang sepertinya juri dalam balapan ini. Ika dan Nina tersenyum. “Apa kalian membawa ZX250r kalian masing-masing?”, tanya pria tua itu. Kesepuluh pembalap mengangguk. “Suruh asisten kalian memarkirkan ninja kalian itu di garis start sekarang juga!”. Brifingpun dimulai dengan damai dan kondusif.
Para pembalap keluar dari ruang brifing dengan wajah tegang. Berjalan menuju garis start untuk menemui ZX250r milik mereka masing-masing. Nina mencium ZX14 nya dulu yang terparkir di tempat yang sudah disediakan bagi kendaraan pribadi para pembalap kemudian menuju garis start dengan mantap. Ika juga mengelus ZXR750 nya yang terparkir tepat di sebelah ZX14 milik Nina. David, Chunlay, Rocky, Ferry, dan pembalap lain juga melakukan hal yang sama kemudian menuju garis start.
Kika muncul di hadapan Rocky dari balik kerumunan penonton. “Rock.. plissss..”, ujar Kika lirih. “Hey ka, aku janji akan berhenti balapan setelah ini”, ucap Rocky pelahan. Tangannya memegang pundak Kika menenangkan. “Gak!”, Kika menepis tangan Rocky. “Aku gak mau kehilangan orang yang aku cinta lagi. Pliiiss....”, Kika teringat Denny, adiknya yang meninggal saat balapan setahun yang lalu. “Kalo kamu gak batalin balapan ini, kita putus!”, seru Kika dengan nada yang meninggi. Matanya melihat Rocky tanda tak senang. Rocky terdiam mendengar ucapan itu. “Kika ini gak fair, plisss kali ini beneran terakhir. Ini penting untuk aku!”, “penting untuk kamu! Kamu pikirin aku juga!”, “Iya aku tau, aku janji gak akan kenapa-kenapa kok”, “Cukup! Kita putus!”, “Kika? Pliss?”, “Kamu gak ngerti Rocky, gak ngerti..! Sekarang terserah deh! Lakukan sesuka kamu!”. Kika membuang muka, balik badan, dan berlari meninggalkan Rocky yang terbata disana. Kika berlari dengan menutupi matanya, mungkin menangis.
Bruuuuuummmmmmmmm.....!!!! Ddhhhhuuuuuuuuummmmmmm......!! Ziiiiing.... ziiiiing....
Suara khas itu.. Sebuah Hayabusa menghampiri Rocky yang berdiri di tengah jalan. “Aron? Hey!”, seru Rocky kaget. Lelaki di atas Hayabusa itu tersenyum mantap. Rambut pendek semi mohawk ciri khas Aron, sedikit berantakan saat ia melepaskan helm. “Kenap lo? Keliatan murung gitu, padahal gue udah bela-belain datang dari jepang untuk nonton”, “Eh? Kaga kok ron hehee..”, “Kika ya? Selalu Kika kan?. Rocky tersenyum. “Ya udah Rock, cepet beresin balapan ini dan temuin Kika”. Rocky menundukkan kepala dan berkata, “Hey ron, tolong lo sampein ke Kika kalo gue cinta sama dia ya! Karena kayaknya gue gak akan ngomong sama dia lagi”, Rocky teringat ucapan Kika yang mutusin dia. Kedua lelaki itu saling melempar senyuman penuh arti. Aron mengacungkan jempol tanda semangat. Rocky menjawabnya dengan mengacungkan jempol pula. Kemudian Aron menarik gas dan menghilang bersama Hayabusanya secepat angin.

“Hey Rocky! Tau satu pepatah legendaris para pembalap?”, tanya Nina pada Rocky yang mendapat urutan start tepat disebelahnya. “Eh? Apaan Nin?”, Rocky penasaran. “Gunakanlah rem seolah-olah kau gagal menggunakan rem”, seru Nina. Rocky berfikir, kemudian berkata, “terima kasih ya!”. Nina tersenyum dan menambahkan, “Itu diucapkan oleh pembalap legendaris Aron si penunggang Hayabusa!”. Rocky teringat sahabatnya yang barusan, kemudian tersenyum penuh makna.
3.... 2.... 1.... Gooooo....!!
Bruuummmmm....!! Sepuluh buah ZX250r melaju cepat melibas garis start menyisakan debu jalanan dan harum emisi knalpot. Puluhan kepala yang menyaksikan balapan itu telah dimulai menandakan atmosfer sirkuit yang memanas. Nevi, Dicky, Ucok, dam Usro menganga menyaksikan start para pembalap yang menawan. Ada yang standing. Ada yang langsung menyalip. Ada juga yang terbang dengan sayap. Ngaco! Mana ada motor balap pake sayap terus terbang hahahhaaa....
Rocky memacu ninjanya dengan tangkas, fokus dan mantap. Di posisi pertama adalah Nina, gadis yang sangat terkenal. Dibelakangnya David dan Ika saling memperebutkan posisi kedua. Chunlay mulai mendekati Ferry yang tepat di belakang Rocky diikuti keempat pembalap pendatang baru.
Balapan sudah hampir mendekati garis finish. Ya, setelah tikungan tajam terakhir itulah garis finishnya. David di posisi pertama, Rocky mengejarnya. Tersisa lima pembalap saja sejauh ini. Lima lainnya terjatuh sehingga tidak dapat melanjutkan balapan. Rocky sangat antusias menjuarai turnamen ini karena ia telah menetapkan bahwa ini balapan terakhir dalam hidupnya.
Rocky memacu motor itu dalam kecepatan 165kmph diatas 13000rpm. David sudah melepas gas, menarik rem, dan bersiap untuk menikung. Rocky tahu kalau itu adalah waktu yang tepat untuk menurunkan kecepatan dan segera menikung namun dia tidak melakukan pengereman karena terlalu berambisi untuk menyalip David. Akhirnya David menikung dengan mantap. Namun sayang sekali Rocky gagal menikung dengan baik. Ban belakangnya tergelincir. Menikung terlalu lebar dan kehilangan kontrol pada stangnya yang padahal sudah dilengkapi dengan Stabilizer NUI. Rocky menabrak pembatas jalan yang membuat tubuhnya terpelanting jauh dari motornya. Gubraaaakk.....!!!!
Balapan selesai. David juara pertama, Ferry kedua, dan Ika ketiga.
Para kru dan tim medik berlarian menghampiri lokasi kecelakaan Rocky. Para penontonpun mulai ricuh dan berhamburan untuk menyaksikannya sehingga selebrasi para pembalap yang juara tidak dihiraukan.
Kika yang sedang duduk di dalam sebuah kafe bersama Aron terbatuk karena tersedak minuman dingin yang diminumnya. “Hey, pelan-pelan ka”, ujar Aron. HP Kika berdering. Dicky. “Halo, ada apa Dick?”, tanya Kika. “Rocky kecelakaan! Gue juga nonton balapan ini. Gue kira lo dateng juga, dimana lo? Cepet kesini..!”. kika terkejut setengah mati dan langsung menarik lengan Aron untuk segera menuju tekape. Aron dan Kika melesat dengan Hayabusa.
Sesampainya di lokasi kejadian. Kika menyaksikan tubuh Rocky yang ditandu oleh para medik dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuh Rocky sampai wajahnya. Kika mengucurkan air mata dengan deras tak mampu menahan setetespun. Bahkan Kika tak kuasa menahan tubuhnya untuk berdiri. Kika terjatuh pingsan, untung Dicky menahan tubuhnya dengan sigap sehingga Kika tidak terjatuh.


Kika siuman. Mendapati dirinya berbaring di kasur yang empuk dan nyaman. Dia memandangi sekeliling. Di tembok terpajang foto yang sangat besar bergambar dirinya dan Rocky tengah berpose di sebuah motor balap seri ZX250r warna merah. Dalam foto itu mereka tersenyum bahagia.
“Lo udah sadar?”, suara Nevi membuyarkan lamunan Kika. Kika tersenyum. Ucok dan Usro juga tersenyum tulus. Mereka bisa tulus juga lho. Dicky datang dari balik pintu membawa sesuatu di tangannya. “Ini ka, titipan dari Aron, katanya dipungut dari serpihan motor Rocky”, Dicky menyerahkan gantungan kunci sebesar jempol pada Kika. Gantungan kunci yang berbentuk winie the pooh dengan ukiran di perutnya yang bertuliskan ‘Kika Veronika’. “Ini hadiah Rocky dari gue waktu dia juara balapan dua tahun lalu”, ujar Kika lirih. Para sahabatnya menatap Kika dalam-dalam sehingga merasakan yang Kika rasakan.
Dulu Kika memang sangat menyukai balapan sampai berpacaran dengan Rocky yang juga seorang pembalap. Adik Kika, Denny adalah pembalap junior namun meninggal karena kecelakaan saat balapan di kelas bebek 125cc setahun lalu. Sejak saat itu Kika mulai phobia pada balapan. Dan Rocky mengatakan telah berhenti balapan agar tetap bisa berpacaran dengan Kika. Namun sebenarnya Rocky tetap balapan secara diam-diam hingga saat kemarin itu. Akhirnya itu adalah benar-benar balapan terakhir bagi Rocky sesuai dengan janjinya.
Dicky meninggalkan kamar Kika karena tak kuasa menahan haru. Meninggalkan ketiga sahabatnya yang memeluk Kika untuk menenangkan Kika.
Di jalanan ada kehidupan..
Di jalanan ada tantangan..
Di jalanan ada perjuangan..
Dan di jalanan pula ada akhir..




Rona iswara
23 juni 2011-06-24 hehee....

Minggu, 22 Agustus 2010

Diky si Kodok "Mati Tertawa Lahir Menangis"


Sebuah kisah tentang anak kost yang hidup dengan indah (paling gak kata dia sendiri) di salah satu kota besar di Indonesia tepatnya di pulau jawa di provinsi jawa barat dan lebih tepatnya lagi di kota Bandung. Yah, kota kembang yang banyak ditumbuhi kembang desa (lho?). Ceritanya tentang anak kost yang merantau ke kota ini untuk mencari ilmu di sebuah Universitas, ya iyalah! Masa di sebuah toko kaca atau salon anjing?? Namanya Diky, sering dikatain sama teman-temannya sih ‘kodok’. Mungkin karena wajahnya yang kayak kodok dan hobinya lompat-lompat, serta mampu hidup di dua alam, yaitu alam dunia dan alam gaib. Lah?? Kok bisa?? Ya bisa! Yang gak bisa itu tukang pecel disuruh nambal ban, ban kereta lagi..
                Jum’at siang itu terasa panas, jelas sekali karena matahari sedang terik-teriknya. Braakk....!! Pintu kamar kost yang kayaknya mau roboh itu terbuka dengan kasar dan sadisnya. Ucok, bocah ajaib yang rambutnya klimis seperti baru disemir itu nongol dari balik pintu dengan wajah ditekuk kayak panekuk. Diky yang saat itu sedang melamun di kamarnya sambil kilik-kilik kuping pakai linggis, kontan aja kaget. “ngujubilee cok, ketok pintu dulu ngapa!” seru Diky. “Sori dik, gue terbawa esmosi..”, jawab Ucok yang langsung berguling di kasur menghadap TV yang siarannya semut semua.
“Ada apa emank cok? Dimarahin lagi lo sama pak sukri yang tukang pecel itu? Makanya cok, bayar kalo makan tuh!”, celoteh Diky sekenanya. “Ah, kodok lo! Serius nih gue!”, seru Ucok jengkel. Rambut klimisnya diacak-acak pake tangannya sendiri yang bau amis saking keselnya. “Sendal gue dik! Tadi beres jum’atan gue kan mau main ke rumah si Intan. Eh, gagal dah tuh niat gue gara-gara sendal gue raib. Mana itu satu-satunya lagi”, jelas Ucok dengan nada dongkol mendapati kenyataan harus berpisah dengan sendal jepit dekil kesayangannya. “Jiaahh.. Udah aja kali cok! Sendal jepit doank ini. Lagipula tuh sendal lo boleh ngembat dari rumah si Usro kan??”, sergah Diky enteng. “Yee.. Sendalnya sih boleh dah ilang! Tapi masalahnya gambarya itu dik! Spongebob lagi nungging! Gue banget dah tuh gambar yang ada di sendal jepit itu! Kagak ada beli dimanapun juga”. Diky cuman geleng kepala dan melanjutkan kegiatannya mengilik kuping, kali ini dengan ujung kepala gitar.
Usro yang celingukan di depan kosan Dicky dikagetkan dengan suara sumbang Ucok. “Ada maling ompong!!”, teriak Ucok tepat di depan telinga Usro. Usro spontan aja lompat setinggi dua kilometer saking kagetnya, tinggi juga ya?? “Ah, sialan lo cok! Ngagetin aja!”. “Lah, elo ngapain celingukan disini kayak maling jemuran mau nyolong sempak pembantu? Bukannya masuk!”, seru Ucok membela diri. “Itu cok, tadi gue liat cewek cakep banget dah di depan sana. Sapa ya?”, terang Usro sambil menunjuk sebuah rumah besar bercat merah muda di ujung gang. Diky yang merasa terusik dengan suara kedua teman uniknya yang lebih fales dari gitar keriting itu keluar dari kamar kosnya. “Eh, ada apa sih kalian?? Masuk dah sini! Mana pesenan gue sro??”, seru Diky tidak sabar. “Eh, itu dik. Cewek yang depan sana itu sapa sih?? Tau ga lo?? Lo kan ngekos disini. Ini titipan lo. Harganya tujuh ribu plus ongkos delivery sepuluh ribu. Jadi semuanya tujuh belas ribu”, jelas Usro seraya menyodorkan bungkusan pada Diky. “Mati kipe lo!! Harga sama ongkos mahalan ongkosnya??”, Pekik Diky seraya merampas bungkusan plastik item yang sedari tadi ditenteng oleh Usro itu. Isinya nasi goreng. Yah, sore itu Diky belom makan siang dan kebetulan si Usro yang kosannya lebih dekat dengan tempat mangkal tukang nasi goreng yang mudah diutangin, menjadi alat penting untuk dititipi pesanan favoritnya itu.
“Dik, itu gimana??”, tanya Usro penasaran ketika ketiganya sedang duduk manis di dalam kamar kos Diky. “Apaan?? Bayarnya?? Entar, gue makan dulu!!”, jawab Diky cuek. “Bukan, cewek yang disana itu!”, jelas Usro. “Ooh.. itu temennya Nevi kali. Yang tadi lo tunjuk itu kan kosan si Nevi”. “Wah, bisa donk gue kenalan lewat si Nevi ya??”, seru Usro antusias. “Sok sok aja sih sro, cuman lo beresin dulu tuh rambut. Biar kagak kayak sapu ijuk habis kebakar menyan gitu. Keramas kek sekali kali!”, saran Ucok ngasal. Emank sih, si Usro ini pemilik rambut yang keriting kayak kepiting makan emping. Lengkap dengan kulit item dan perawakan yang kurus kering, lebih kering dari kerupuk udang cirebon. Nah, padahal kedua orang tuanya berambut lurus lho. Mungkin rambutnya keriting sendiri karena hobi keramas pake salep buat koreng kali ya? Busyet dah!!

****
Keesokan harinya.. Diky yang tumben bangun jam enam pagi itu langsung keluar dari kamar kosnya dan melangkahkan kaki kaluar dari gang. Ketika para pembantu rumah tangga sedang menyiram tanaman dan para sopir sedang mengelap mobil majikannya masing-masing dan para burung sedang riang menyanyikan lagu pagi, kecuali burung si Ucok .Diky berniat jalan-jalan di pagi itu. Menikmati indahnya Dago yang kala itu ramai dengan anak-anak sekolah yang baru pada mau berangkat. Ada juga anak-anak yang baru jadi mahasiswa dan sedang dalam proses ospek yang berdandan aneh-aneh. Ada yang pake kalung dari tali rapiah dengan name tag yang tebuat dari kardus, bawa balon, tas dari karung, memakai topi yang terbuat dari koran bekas bungkus pisang goreng, dan ada juga yang bawa panci bekas, wajan bekas, kompor bekas, sampai mesin cuci bekas. (Lho, emanknya mau ke pasar loak??). Untung gak ada yang bawa pacar bekas..
Langkah Diky terhenti ketika berpapasan dengan seorang gadis imut nan cantik dengan dandanan sederhana yang kemudian tersenyum kecil padanya. Senyum yang terpancar dari bibirnya yang sensual terasa manis sekali, lebih manis dari gula jawa. “Eh, kamu kan yang temennya Nevi ya??”, sapa Diky kemudian. “Iya, kok kamu tau?”, jawab gadis itu ramah, suaranya merdu dan memanjakan telinga pendengarnya. “Iya, soalnya saya sering liat kamu kaluar masuk kosan Nevi. Mau kemana nih pagi-pagi begini?”, tanya Diky. “Mau ke kosan Nevi, mau pinjem DVD”, gadis itu membetulkan rambutnya yang panjang yang sempat tertiup angin sehingga menutupi mata dengan jarinya. “Oh, kebetulan. Bareng aja yuk.. Saya juga mau ke kosan Nevi, mau pinjem tusuk gigi”, ajak Diky sekenanya. “Lho, tapi kok arah kamu kesana tadi?”, tanya gadis itu lagi sambil menunjuk arah yang berlawanan yang dituju Diky sebelumnya. “Eh, itu tadi sebenarnya saya lagi jalan mundur. Ngelatih insting hehee..”, jawab Diky ngasal. “Oh iya, aku Vita”, kata gadis itu memperkenalkan diri. “Eh, saya Diky.. Lengkapnya Diky Sukarja bin Raden mas selamet kusmantoro benci coro juga benci kebo”, jawab Diky sambil menyodorkan tangan kanannya yang kemudian disambut dengan salaman oleh Vita. Tangan gadis itu terasa lembut dan hangat, sehangat musim semi di eropa, lebih hangat dari teh manis buatan emak Inah. Mereka berduapun berjalan bersama menuju kosan si Nevi.
Nevi yang kala itu sedang nonton DVD di kamarnya dengan didampingi tisu yang berceceran dimana-mana. Sesekali dia menyeka air mata yang mengalir deras bak hujan di musim panas. Lho?? Akibat global warming kali. Tok tok tok.... Pintu diketok, pala ku nongol. Astagfirullah, pak RW datang bawa polisi, aku diseret dari kamar mandi tanpa baju, tanpa handuk. Lho, kok jadi nyanyi lagu Jamrud?? “masuk aja! Gak dikunci kok..”, seru Nevi tanpa mengalihkan pandangan dari layar TVnya. Diky pun masuk bersama Vita. “Hey, vi.. sehat lo??”, tanya Diky yang langsung mengambil alih remot TV dengan paksa kemudian mengganti channel DVD ke siaran globalTV seenaknya. Kontan aja Nevi mencak-mencak, “Diky!! Sialan lo!! Main ganti aja! Gue lagi nonton August Rush bego! Cepet ganti lagi ga! Gue tampol nih!”. Diky tak kuasa menepis tangan kiri Nevi yang merebut kembali remot dengan tangkas, sedangkan tangan kanannya memegang sebilah samurai asli Jepang yang siap menebas leher Diky jika melakukan perlawanan. “Yah, enak tadi Nev, spongebob. Ceritanya si Patrick baru buka toko tambal ban tuh!”, gumam Diky membela diri. “Udah-udah jangan ribut.Masih pagi tuh udah ribut..”, suara merdu Vita meyadarkan kedua bocah ajaib ini. Keduanyapun tersadar bahwa ada Vita disini. “Eh, iya duduk Vit sini..”, Nevi mempersilahkan Vita duduk di sofa panjang di sebelahnya. “Filmnya sedih ya Nev?”, tanya Vita penasaran. “Iya Vit, jadi lo mau minjem DVD No Limit gue?”. “Iya, gue belom nonton soalnya”. Tiba-tiba Diky memotong, “Vita suka film Korea juga??”. “Juga?? Emank lo suka Dik??”, protes Nevi. “Suka kok gue!”, “Halaah.. cuman tau Fullhouse doank juga lo!”, cibir Nevi. Vita hanya diam dengan menahan tawa karena melihat tingkah kedua temannya ini yang terus berantem. Emank si Diky sama Nevi ini kalo ketemu suka berantem kayak gitu. Bukan karena musuhan atau apa, tapi emank keduanya sama-sama bertingkah kayak anak kecil. Lagi pula ini berlangsung sejak mereka sama-sama masih SMA. Nevi ini merupakan sahabat Diky sejak SMA.
“Eh, gue ke warung emak Inah dulu ya! Mau sarapan, ikut gak kalian??”, ajak Nevi yang kemudian bangkit dari duduknya. “Enggak deh, aku belom laper nev, ntar sarapan di rumah aja”, jawab Vita kalem. “Kalo gue pesen nasi kuning dibungkus aja ya Nev! Jangan lupa, gak pake sambel, gak pake bawang, dan gak pake bayar ya!”, seru Diky sambil cengengesan. Nevipun lenyap dari kamar kosnya seteleh memelototi Diky seolah-olah ingin mencabik-cabik dan memakan tubuhnya. Iiiih.. serem ya?? Emank si Nevi ini terkesan garang dan tegas, namun sebenarnya berhati lembut. Penampilannya yang selalu tampak santai dan tanpa make up membuat kecantikan alaminya bersinar terang seperti bintang di langit malam.
Tinggallah Diky dan Vita berdua menatap TV yang menyiarkan film tentang musisi itu. “Eh vit, ganti aja ya? Kamu ga suka film ini kan?”, tanya Diky halus sambil berancang-ancang untuk memencet tombol remot yang tergeletak tanpa penjagaan si Nevi lagi. “Iya, sok aja dik..”, Vita mempersilahkan dengan ramah. Dan, TV pun berubah seketika menyiarkan spongebob yang sedang asik-asiknya mengendarai mobil dengan sahabat sejatinya Patrick. Kedua bocah remaja ini pun tertawa terpingkal-pingkal ketika kartun tersebut melakukan adegan-adegan konyol. Seperti ketika adegan spongebob menelan sepatu boot mentah-mentah yang membuat tubuhnya berubah bentuk menjadi seperti sepatu boot, Diky terbahak-bahak sampai empat giginya cocot, lidahnya lepas, bibirnya memble, dan matanya loncat dari kelopak. Ya enggak lah!!
“Eh vit, tau gak apa bedanya spongebob sama patrick?”, tanya Diky sambil menahan tawa. “Hm, kalo spongebob warna kuning, kalo patrick pink?”, jawab Vita sekenanya. “Salah! Standar amat jawabannya. Ayo donk apa??”, desak Diky. “Ga tau deh nyerah, lagi males mikir juga”, Vita menyerah setelah berfikir beberapa detik. “Nih ya, kalo spongebob makan sepatu boot jadi lucu kayak tadi. Tapi coba kalo yang makan sepatu boot tadi itu patrick, pasti jadi mirip si Nev..”, ucapan Diky terhenti ketika dia melirik ke arah pintu dan mendapati Nevi sudah berdiri disana, ternyata sudah selesai sarapan dari warung emak Inah. Gubrraaaakk....!! Dua buah sepatu kets, tiga sepatu hak, enam sepatu kuda, lima sepatu kaca, dan empat sandal jepit berhamburan ke arah Diky. Nevi menyambitnya dengan sadis.
Setelah beberapa lama mereka tertawa-tawa dan bercanda ria. Diky baru menyadari ada sesuatu dari balik senyum dan tawa Vita. Gadis putih nan molek ini seperti menyimpan sesuatu di balik senyum manisnya. Apa? Diky bertanya-tanya dalam hati. Seketika Diky merasa senyuman dan tawa manis gadis ini terasa hambar. Diky hanya memperhatikan Vita dan Nevi yang sedang ngobrol, mungkin bergosip atau sekedar berdiskusi tentang film. Namun, setiap kali Diky memperhatikan Vita yang tersenyum, kenapa selalu terasa hambar dan kosong. Seperti senyum palsu. Seperti menyimpan kesepian yang mendalam. Rasa sunyi yang teramat sangat kelabu. Apa ini? Apakah hanya perasaan Diky saja? Atau memang benar adanya. Ah.. Sudahlah. Diky enggan berfikir yang tidak-tidak tentang gadis cantik ini.
“Dik, hey.. Aku pulang duluan ya..”, lamunan Diky terpecah ketika suara Vita menyadarkannya. “Eh?? Selang?? Saya ga bawa selang Vit. Tuh, mungkin Nevi punya..”, jawab Diky polos yang tak menangkap pertanyaan Vita dengan jelas. “Bukan bukan.. pulang. Aku udah mau pulang nih. DVDnya udah dapet. Mau buru-buru nonton di rumah”, jelas Vita. “Oh, oh iya iya, silahkan deh.. Aku pulang nanti aja. Masih pengen disini”, jawab Diky mempersilahkan. Setelah Nevi mengantarkan Vita sampai depan kosannya, Nevi kembali ke kamar kosnya dan bertanya pada Diky yang sedang mengilik kuping dengan remot DVD, “Lo ngelamunin apa sih Dik?? Sampe ga denger tanya Vita tadi?”. “Eh anu Nev.. Kok gue ngerasa Vita nyembunyiin sesuatu di balik senyumannya ya? Apa perasaan gue doank?”, jelas Diky dengan nada heran. “Oh, mungkin karena sakitnya kali”, jawab Nevi. “Sakit?? Sakit apaan??”, tanya Diky penasaran. “Ah, kaga kok! Sakit biasa aja. Udah ah, gue mau mandi dulu”, Nevipun melesat menuju kamar mandi tanpa menghiraukan Diky yang masih penasaran. “Yaudah deh, gue balik ya! Tugas Hukum adat gue tolong lo ketikin!!”, Diky sempat berseru sebelum segera menghilang dengan ninjutsu dari kosan Nevi. “Kampret tuh bocah!”, pekik Nevi. Yah, setiap ada tugas kuliah tak jarang Diky meminta tolong (okelah, memaksa) Nevi untuk bersedia mengetikkannya. Bukan hanya karena Nevi punya laptop sedangkan Diky hanya punya mesin tik dan mesin bubut, tapi juga karena Nevi emank selalu bersedia (oke juga deh, dengan terpaksa) melakukannya demi sahabat karibnya yang lumayan ganteng itu (yah, paling tidak lebih ganteng dari tukang somay yang biasa keliling dari jam 5 subuh sampai magrib di sekitar situ).

****
Keesokan harinya.. Diky yang sedang terguling nyenyak di kasur bermotif  Manchester United itu diguncang-guncangkan badannya dengan sadis dan anarkis oleh Nevi. “Apaan sih Nev?? Gue lagi mimpi jadi Naruto nih! Ganggu aja! Minggat lo!”, bentak Diky kesal. Dia paling tidak suka tidurnya diganggu. “Bangun Diky..! Anterin gue!!”, pinta Nevi setengah merengek. “Ahh.. kemana?? Tukang pasang behel lagi?? Minta Ucok atau Usro aja!!”, jawab Diky singkat tanpa melepas pelukannya dari guling spongebob kesayangannya. “Bukan, ke rumah sakit!”, seru Nevi tepat di mulut telinga Diky (jadi yang bener di mulut atau di telinga nih?? Ah saya juga bingung). “Ngapain?? Bukannya neneknya Kika udah sembuh??”, tanya Diky, kali ini sudah agak sadar tapi masih merem. “Bukan, nengokin Vita”, jelas Nevi. “Apa??”, tanya Diky, kali ini sedikit melotot kaget. “NENGO..KIN VITA..!!”, bentak Nevi kesal. “Emank si Vita sakit??”, Nevi mengangguk. “Sakit apa??”, tanya Diky penasaran. “Leukimia”, jawab Nevi lirih. “Apa??”, tanya Diky memastikan, kali ini sambil mengorek kupingnya dengan jempol kakinya sendiri. “iih.. sejak kapan sih lo budeg gini Dik??”, tanya Nevi kesal. “Beneran??”, “Iya, lo budeg!!”. “Bukan! Maksud gue beneran si Vita sakit leukimia??”, tanya Diky antusias. “Ngapain gue bohongin lo! Mending bohongin orang china banyak duitnya!”. Sedetik kemudian, Diky sudah rapih berpakaian, tanpa mandi tentunya.
Nevi sudah duduk dengan manisnya di atas skuter hitam kesayangan Diky. “Awas, jangan nyeruduk tukang balon lagi lo Dik! Pelan-pelan aja!”, seru Nevi khawatir. Diky sedang memasang helm dan berpose gaya Valentino Rossi yang mau balapan. Balap karung maksudnya. “Iya iya kagak kok! Palingan nyeruduk nenek-nenek yang lagi nyebrang terus nyenggol babu tetangga yang pulang belanja, terus nyerempet angkot cicaheum-ciroyom, terus nyungsep di got!”, jawab Diky enteng yang disusul dengan tonjokan ringan beruntun dari Nevi di punggungnya, sakit juga lho, gini-gini si Nevi hobi olahraga sih. Merekapun meluncur meninggalkan asap kenalpot yang nampaknya tuh motor belom ganti oli selama dua tahun dan belom diservis sekalipun dalam hidupnya. Ckck....
Diky berdiri di ruangan hening. Serba putih. Dinding putih, tirai putih, meja putih, bangku putih, semuanya putih. Ditatapnya seorang gadis manis tak berdaya yang terbujur lemas tak berdaya di atas kasur putih yang sepertinya nyaman sekali. “Vita, kamu udah baikan?”, tanya Nevi dengan suara pelan seraya meletakkan buah-buahan yang sempat dia beli dalam perjalanan. “Semoga aja Nev, makasih ya udah nengok. Aku seneng banget pernah berteman sama kamu”, jawab Vita lirih. “Vita kamu ngomong apa sih! Eh, iya, ini aku bareng Diky”. Vita menoleh ke arah Diky yang padahal sudah di samping Nevi dari tadi. Vita memberikan senyum manisnya pada Diky, “Hai, Dik..”. Diky menyentuh rambut indah yang lembut milik Vita, “Vita, kamu sakit apa?”. “Nevi udah ngasih tau kan?”, Vita malah balik bertanya pelan. Diky hanya mengangguk lemah. “Leukimia?”, Diky memastikan dengan menatap kedua mata Vita lekat-lekat. “Kenapa? Kamu khawatir sama aku ya? Semua orang pasti mati kan? Gak papa kok Dik.. Semua yang ada di dunia ini memiliki batasan kan?”, “Sssstt....”, potong Diky. “Kamu pasti sembuh Vita, aku janji”, hibur Diky yang langsung menggenggam telapak tangan Vita tanpa ragu. “Diky, kamu apa-apaan sih? Aku baik-baik aja kok. Kamu pikir semua penderita leukimia itu pasti mati ya? Penderita koreng  juga bisa mati kok dik”, Vita berusaha melepaskan genggaman Diky dari tangannya namun Diky terlalu kuat menggenggam tangan Vita.
Nevi hanya menatap kedua temannya itu berbicara, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghibur keduanya. “Diky, aku tau dari Nevi kalo kamu itu konyol, lucu, baik, perhatian, dan jarang mandi. Tapi sekarang kenapa kamu diem?”, tanya Vita masih dengan nada lirih. Diky tak kuasa menatap matanya, dia hanya menunduk di hadapan Vita masih sambil menggenggam tangannya. Membayangkan betapa malangnya gadis manis ini. “Diky, mana kekonyolan kamu itu? Ayo tebak-tebakan spongebob lagi..”, kali ini Diky nampak seperti menahan air mata, matanya berkaca-kaca. Tak disangka seorang gadis semuda ini bisa begitu tegar menghadapi penderitaan yang tak seorangpun mengharapkannya.
“Hey, laki-laki gak boleh nangis lho. Kamu ini kenapa coba?”. “Kamu pasti sembuh Vita, aku janji..”, Diky mengulangi ucapannya, kali ini nadanya sedikit turun. “Diky denger ya, kalaupun aku gagal sembuh dari penyakit ini. Aku gak papa kok. Udah bisa kenal dan berteman dengan kalian aja aku udah bersyukur. Semua awal pasti menemui akhir, setiap ada kelahiran pasti ada kematian, semua ini memiliki batasan. Karena batas itulah kita semua dituntut untuk berjuang kan? Aku udah berjuang dan ini udah batasnya Diky. Kenapa orang selalu menangisi kematian padahal yang akan mati tidak menangis.” Mata Diky berkaca-kaca, diciumnya kening gadis itu dengan lembut untuk menghentikan ucapannya. Vita menatap Diky dengan tatapan mata kosong yang menyayat hati.  “Kamu pasti sembuh Vita, pasti..”, Diky hanya bisa mengulangi kata-katanya, pikirannya kacau. Nevi memeluk Diky dari belakang untuk menenangkan Diky. “Udah Dik, jam besuk kita hampis habis. Biarin Vita istirahat dulu”, ujar Nevi pelan. Vita mengangguk sambil menatap Diky dalam-dalam. Mengisyaratkan agar Diky menuruti kata-kata Nevi. Dikypun melepaskan genggamannya, kemudian beranjak dari ruangan itu bersama Nevi setelah sebelumnya, Nevi menyuruh Vita agar beristirahat yang tenang, “kamu istirahat ya vita, kita pulang dulu.” Vita mengangguk dan tersenyum sambil terus menatap kedua temannya lenyap di balik pintu kamar Rumah Sakit itu. Dalam hatinya ia merasa begitu tenang. Terima kasih Diky..
Sementara di perjalanan pulang, Diky terus memikirkan Vita. Mengharapkan dengan sangat agar penyakitnya dapat sembuh. Tak henti berdo’a di dalam hati untuk gadis belia yang tak berdaya itu. Bayangan wajah Vita terus berkelebat di benaknya. Menggambarkan kepedihan dengan sorot mata kosong itu. Mengisyaratkan kehidupan yang berat dan sepi. Diky begitu nyata merasakan kesunyian yang terpancar dari raut wajah Vita tadi. Seperti langit malam yang gelap dan tanpa satu bintangpun yang menerangi. Rasanya ingin sekali Diky menjadi satu bintang yang mampu memberi sedikit saja sinar untuk hidup Vita. Pikiran-pikiran itu membuat Diky tidak konsen saat mengendarai sepeda motornya. Alhasil, dia sempat hampir saja menyenggol tukang es lilin yang sedang nyebrang. Otomatis si tukang es lilin itu mencak-mencak penuh emosi, “Woi bocah sialan lo! Kutu kupret! Kecoa buntung! Babi rusa! Eh, babi ngepet!! Nyembah babi!! Bisa nyetir motor gak sih lo??”. Nevi terbelalak kaget, “Tuh kan Dik, ati ati coba!!”. Diky hanya nyengir kuda dan melanjutkan laju motornya.

****
Malam harinya.. Handphone Nokia E75 silfer melantunkan sebuah tembang Dear God milik Avenged sevenfold. Diky mengangkatnya “Hallo, apaan Nev??.. Hah?? Apa?? Ooh.. iya ini gue dah mau ke studio kok. Tunggu aja!” Diky bergegas memakai jaketnya dan menuju studio tempat mereka biasa latihan. Skuter yang dia namai Sukri (motornya merek Sky Drive) itu diparkirkan di sebelah mobil jazz milik Kika. “Hey, udah lama ya?”, tanya Diky cengengesan. Emank bocah yang satu ini paling hobi ngaret kalo pas latihan biar terkesan penting. “Enggak kok sayang, baru sebentar. Sebentar banget. Sampe-sampe muka lo pengen gue lipet-lipet jadi dodol duren!!”, jawab Kika ketus. Gadis cantik yang berposisi sebagai vokalis the DUKUNs ini memang terkenal ketus dan galak. Ya, walaupun penampilannya feminim dengan rambut panjang terurai lurus dan wajahnya yang oriental, sebenarnya dia jago karate. “Sori, tadi gue nganter nenek-nenek yang kesasar dulu”, bela Diky ngasal. Oh iya, mau tau arti the DUKUNs?? Ini idenya Ucok, dia yang memberi nama band ini. Itu diambil dari inisial masing-masing personilnya. Diky, Ucok, Kika, Usro, Nevi. Sedangkan huruf S berarti jamak, artinya lebih dari satu orang anggota band nya. (Ya iyalah! Kalo sendirian namanya solo!! Bukan Tagal lho!). Dan juga agar nama tersebut mampu memberikan kekuatan magis yang ajaib kepada para personilnya agar memancarkan kharisma tersendiri. Ada-ada aja ya si Ucok ini??
Beberapa lagu telah selesai dibawakan. Kini masuk pada lagu terakhir. Diky yang berposisi sebagai penabuh bedug di mushola, eh, drummer maksudnya memberi aba-aba dengan memutar-mutar stiknya menggunakan jari agar semuanya fokus. Ucok sang gitaris mengangguk penuh arti. Usro sang bassist dan Nevi sang keyboardis saling bertatapan menunggu mulai masuk intro. Suara emas Kika yang merdu dan halus dengan sedikit serak mulai menyanyikan lagu karangan Diky dengan gaya feminimnya yang mempesona siapapun yang melihatnya. Ku hidup tanpa cinta, bagai langit tanpa bintang. Adakah seseorang yang mampu mengusir sepiku.. Langit tanpa bintang, dimana kau menghilang.. Akankah ku temukan sinar yang terang....
Usai latihan, Nevi menggandeng tangan Diky kaluar dari ruang studio diikuti Ucok dan Kika sedangkan usro masih sibuk di dalam membereskan alat-alat. “Ada apa Nev??”, tanya Diky. “Gue baru dapet telpon sebelom latihan tadi dari maminya Vita”, “Ada apa?? Vita udah sembuh ya?? Iya kan?? Bener??”, tebak Diky antusias dengan mata berbinar-binar. Nevi menggeleng, melirik Kika dan Ucok sejenak, kemudian setelah Kika dan Ucok mengangguk penuh arti, Nevipun menatap Diky dalam-dalam. “Vita, pergi Dik..”, ucapan Nevi tertahan. “Kemana?? Pindah rumah sakit??”, tanya Diky polos. Nevi menggeleng, “Vita pergi selamanya, dia udah tenang dan bebas dari beban kehidupan selama ini..”. Diky tercengang mendengar jawaban Nevi. Seluruh tubuhnya terasa lemas dan dingin. Dia tak mengira ini benar-benar terjadi. Gadis cantik dengan senyumnya yang indah dan mempesona. Gadis tabah yang menghadapi segala sakit dan beban dengan senyuman manisnya. Gadis kuat yang tegar dan tak pernah menangis. Gadis yang selalu mensyukuri segala yang ada. Kini, pergi jauh dan takan kembali.. Menghadap sang penciptanya. Diky duduk di atas kap mobil Kika, Kika dan Nevi memeluknya berbarengan untuk menenangkan Diky yang tampak berkaca-kaca. Ucok mengambil kunci motor Diky yang jatuh dari genggamannya. “Gue bawa motor lo Dik, lo bareng anak-anak naek mobil Kika aja”, kata Ucok yang mengerti bahwa kondisi jiwa Diky tak memungkinkan untuk mengendarai skuter itu, kemudian meluncur dengan sukri kesayangan Diky.
“Udah dik, balik yuk.. ”, ajak Kika. “Kita brifing dulu buat manggung minggu depan di rumah Kika”, ujar Nevi pelan. Diky menengadah ke atas menatap langit. Dia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh ke tanah. Usro baru saja selesai membereskan studio treesome , studio ini milik band terkenal bernama RED Blood. Usro memang terkenal akrab dengan para personilnya, jadi dia juga yang lebih bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan studio. Ya iyalah! Udah dikasih main gratis juga sukur! “Eh Nev, gue kan tadi siang mondar-mandir di sekitar kosan lo. Berharap ketemu cewek cantik yang tempo hari gue liat waktu nganterin nasi goreng ke kosan Diky. Kok gak ada ya? Siapa sih dia namanya??”, ujar Usro tanpa tahu apapun yang sudah terjadi. Diky tak menghiraukan mereka dan langsung masuk ke dalam mobil jazz pink milik Kika. Kika dan Nevi saling berpandangan, kemudan menyusul Diky masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan pertanyaan Usro. Tinggalah Usro celingukan sendiri di parkiran. Bingung. Ada apa dengan teman-temannya?? Tapi karena emank dia bego. Ya udah aja melongo sambil garuk-garuk pantatnya yang burik. Setelah Kika mengagetkannya dengan bunyi klakson ala trompet tahun baru Toooott....!! “Ikut balik gak sro?? Cepet masuk!!”, bentak Kika sadis dari balik kemudinya. Usro pun segera belingsatan dan masuk ke mobil melalui jendela yang terbuka dengan kepala terlebih dahulu, kakinya menyusul dua hari kemudian.
Merekapun lenyap di balik kabut malam kota Bandung. Meninggalkan bekas ban di jalan yang sedikit becek karena hujan. Hujan ini mengisyaratkan hati Diky yang perih, seolah tersayat mendapati kenyataan yang terjadi. Ia masih memikirkan Vita. Wajah dan senyumnya selalu menghiasi imajinasi Diky sepanjang perjalanan. Dering HP milik Kika berbunyi. Kika menjawabnya tanpa melepas kemudi mobilnya. Beberapa saat kemudian Kika menutupnya dan meletakkannya kembali di dashboard mobilnya. “Dari siapa ka?”, tanya Nevi. “Horee.... Tante gue baru aja melahirkan. Kita ke rumah sakit dulu ya!!”, seru Kika kegirangan. Nevi dan Usro senyam senyum ikut bahagia. Sedangkan Diky?? Dia bergumam dalam hati, kenapa meraka tertawa kegirangan mendapati ada bayi yang baru saja lahir? Sedangkan yang dilahirkan malah menangis, seolah tak rela lahir di dunia ini?....
Angin malam kota Bandung meniup perasaan hingga terbang ke awang-awang yang sepi di langit tanpa bintang.. Sesepi hati Diky saat ini....

<to be continued>
Terinspirasi dari seorang anak yang berjuang menghadapi kanker ganas. (Penulis Catatan Kecil Untuk Tuhan).

Rona iswara
18 agustus 2010
Di kamar sumpek dengan segala inspirasi yang muncul saat malam tiba dan insomnia menyapa.